Untuk Apa Waktumu?

Trending 4 months ago

Bismillah, wa bihi nasta’iinu.

Adalah para mahasiswa, sosok dan profil nan sering diharapkan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan umat ini di masa depan. Baik mereka nan duduk di bangku kuliah umum maupun mereka nan berada di kuliah unik agama. Mahasiswa muslim adalah angan bagi masyarakat Islam di beragam penjuru negeri.

Mungkin kita tetap ingat gimana kerasnya perjuangan para pemuda perintis kemerdekaan bangsa ini dari belenggu penjajah. Mereka nan berjuang dengan bambu runcing hingga tetes darah penghabisan. Mereka nan meneriakkan takbir untuk menguatkan semangat jihad generasi muda dan pasukan pembela tanah air. Tidak dipungkiri bahwa kemerdekaan bangsa ini merupakan berkah rahmat Allah Tuhan nan Maha Esa kepada segenap rakyat di negeri ini.

Apalagi jika kita tengok perjuangan generasi muda di masa keemasan Islam, ialah di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Pengorbanan dan keberanian mereka dalam mempertahankan iktikad dan jalan hidup tentu tidak bisa diragukan. Keyakinan nan kuat, kebersihan hati, dan kedalaman ilmu, serta pemahaman tentang kepercayaan ini, itulah bekal mereka dalam menjalani hari demi hari perjuangan memberantas kezaliman di atas muka bumi.

BACA JUGA: Perbanyak Zikir di Waktu Utama

Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu berpesan kepada kita, “Kami adalah suatu kaum nan telah dimuliakan oleh Allah dengan Islam ini. Maka, kapan saja kami berupaya mencari kemuliaan dengan selain langkah Islam, pastilah kami bakal dihinakan.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak)

Kaum muslimin ini menjadi mulia dan berhasil tatkala mereka berpegang teguh dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan petunjuk Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بهذا الكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ به آخَرِينَ

“Sesungguhnya Allah bakal mengangkat sebagian kaum dengan Kitab ini (Al-Qur’an) dan bakal merendahkan sebagian nan lain juga dengan karena Kitab itu.” (HR. Muslim dari Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu). Orang nan dimuliakan adalah nan mengikuti Al-Qur’an sedangkan mereka nan direndahkan adalah nan beralih dan mencampakkannya.

Saudaraku para pemuda muslim nan dirahmati Allah, negeri ini jelas memerlukan ketangguhan para pemuda nan tidak hanya pandai dalam ilmu-ilmu dunia, tetapi juga kudu lurus iktikad dan jalan hidupnya. Umat Islam adalah umat terbaik nan dikeluarkan oleh untuk segenap manusia. Mereka memerintahkan nan makruf dan melarang dari nan mungkar serta berpegang erat dengan aliran tauhid dan keimanan.

Perkara makruf nan terbesar adalah tauhid dan kemungkaran nan terberat adalah syirik. Dari sinilah kita mengetahui bahwa sudah menjadi tanggungjawab para pemuda untuk lebih dekat mengenal aliran agamanya, karena inilah kunci kebaikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

“Barangsiapa nan Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah pahamkan dia dalam perihal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiyallahu ’anhu)

BACA JUGA: Waktu nan Ideal Berhubungan Badan Suami-Istri

Bekal utama seorang pemuda

Memahami tauhid dan iktikad merupakan modal dasar dan bekal utama bagi setiap pemuda muslim. Sebab tauhid merupakan tujuan pembuatan hantu dan manusia, dan iktikad merupakan pondasi dan syarat diterimanya seluruh kebaikan kebaikan. Allah berfirman,

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan hantu dan manusia, melainkan agar mereka beragama kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَلَوۡ أَشۡرَكُوا۟ لَحَبِطَ عَنۡهُم مَّا كَانُوا۟ یَعۡمَلُونَ

“Dan seandainya mereka itu melakukan syirik pasti bakal lenyap semua kebaikan nan dulu pernah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 88)

Beribadah kepada Allah adalah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Beribadah kepada Allah adalah dengan melaksanakan apa-apa nan dicintai dan diridai oleh Allah, baik berupan ucapan maupun perbuatan nan lahir maupun batin. Demikianlah makna ibadah sebagaimana diterangkan oleh para ustadz semacam Ibnu Taimiyah rahimahullah.

Ibnul Qayyim rahimahullah juga menerangkan bahwa ibadah itu dibangun di atas dua pokok: puncak perendahan diri dan puncak kecintaan kepada Allah. Segala corak ibadah itu kudu dimurnikan untuk Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

فَإِنَّ حَقَّ اللّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللّهِ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً

“Hak Allah atas para hamba adalah mereka kudu beragama kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apa pun.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ’anhu)

Gunakan waktu untuk kebaikan

Para pemuda muslim nan dirahmati Allah, perjalanan waktu ini begitu cepat. Hari demi hari kita lalui, bulan demi bulan kita lewati. Anda perlu ber-muhasabah dan berintrospeksi diri. Apakah selama ini Anda telah memperhatikan kepercayaan anda? Apakah Anda telah belajar Islam dengan sungguh-sungguh? Apakah Anda sudah mengenali tauhid asas dalam kepercayaan ini?

Apabila belum, maka sadarilah bahwa kepercayaan ini merupakan kunci kebahagiaan hidup anda. Ia merupakan modal utama untuk meraih ketentraman dan kemuliaan. Bukan tumpukan harta, tingginya jabatan, luasnya kekuasaan, alias gemerlapnya perhiasan dunia. Fir’aun adalah sosok penguasa besar, tetapi dia tidak bisa senang dengan kekuasaannya. Qarun adalah seorang nan kaya raya, tetapi dia juga tidak bisa senang dengan hartanya. Akan tetapi, lihatlah sosok Bilal bin Rabah radhiyallahu ’anhu nan awalnya berstatus budak kemudian Allah muliakan dengan ketaatan dan tauhid di dalam jiwanya. Lihatlah sosok para pemuda di kalangan para sahabat nan Allah muliakan dengan pengetahuan dan keteguhan imannya, bukan dengan kecanggihan teknologi nan mereka punya.

Hasan Al-Bashri rahimahullah memberikan nasihat, “Wahai anak Adam, sesungguhnya Anda ini adalah kumpulan hari demi hari. Setiap hari berlalu, maka hilanglah sebagian dari dirimu.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab Al-‘Ilmi, hal. 35)

Oleh lantaran itulah, masa muda adalah waktu nan sangat berbobot untuk Anda dalam mencari kebaikan dan bekal untuk masa depan. Sebagaimana Anda antusias untuk mencapai prestasi dalam perihal dunia, maka semestinya Anda juga antusias untuk mengumpulkan bekal terbaik untuk hari alambaka ialah takwa. Sementara takwa itu dibangun dengan pengetahuan dan pemahaman.

Para ustadz kita juga mengingatkan bahwa pengetahuan itu dicari seiring dengan perjalanan siang dan malam. Barangsiapa nan menginginkan pengetahuan dengan langkah nan instan/cepat, maka dia juga bakal lenyap dengan cepat. Ilmu butuh kepada kesabaran dan perjuangan. Ilmu tidak bakal diperoleh dengan badan nan selalu bersantai-santai apalagi bermalas-malasan.

Carilah lingkungan nan baik untuk mendukung aktivitas Anda dalam beragama, belajar, dan beramal saleh. Carilah pembimbing dalam pengetahuan kepercayaan nan betul-betul berkompeten dalam bidangnya dan mempunyai iktikad nan lurus. Ingatlah nasihat Ibnu Sirin rahimahullah,

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم

“Sesungguhnya pengetahuan ini adalah agama, oleh karena itu perhatikanlah dari siapa kalian mengambil kepercayaan kalian.” Disebutkan oleh Imam Muslim dalam mukadimah kitab Sahihnya.

Demikian sedikit catatan dan kegunaan semoga berfaedah bagi orang-orang nan menyimpan ketaatan di dalam hatinya. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

BACA JUGA:

  • Fatwa: Benarkah Sedekah di Waktu Subuh Lebih Utama?
  • Waktu Terbaik untuk Shalat Subuh

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

Artikel: www.muslim.or.id

Source muslim.or.id
muslim.or.id