Teks Khotbah Jumat: Mencontoh Nabi dalam Bertoleransi

Trending 5 months ago

Khotbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Ma’asyiral Muslimin, jemaah Jumat nan dimuliakan Allah Ta’ala.

Mengawali khotbah kali ini, khatib beramanat kepada diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian agar senantiasa meningkatkan kualitas keagamaan dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala. Baik itu dengan menjalankan perintah-Nya ataupun dengan menjauhi larangan-larangan-Nya. Karena tidaklah kita semakin mulia, selain dengan bertakwa. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Sesungguhnya orang nan paling mulia di antara Anda di sisi Allah adalah orang nan paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Di penghujung tahun seperti ini, telinga kita dibuat berkawan dengan istilah-istilah ‘Selamat Hari Natal’, ‘Selamat Tahun Baru’ dan ucapan-ucapan nan semisalnya. Ucapan-ucapan nan mengarah pada dua seremoni nan sejatinya dicetuskan dan dibuat-buat oleh mereka nan tidak beragama kepada Allah Ta’ala.

Pada momen-momen seperti ini, kaum muslimin dihadapkan pada dua hal. Masyarakat muslim nan tidak tahu menahu alias pura-pura tidak tahu tentang hukumnya, seringkali bakal ikut meramaikan dan merayakan dua seremoni ini berbareng orang-orang nonmuslim. Beralasan bahwa apa nan mereka lakukan ini adalah bagian dari Islam nan rahmatan lil ‘alamin, atau berdasar bahwa ini adalah corak rasa toleransi mereka kepada mereka nan nonmuslim.

Lalu, kaum muslimin nan lainnya (yaitu nan telah mengetahui bagaimanakah norma ikut serta dalam seremoni nonmuslim lampau kemudian tidak merayakannya) oleh mereka nan membenci kepercayaan ini dikatakan sebagai ‘intoleran’, ‘keras’, dan ‘kaku’.

Jemaah nan semoga selalu mendapatkan taufik dan hidayah dari Allah Ta’ala.

Sungguh ini adalah kekeliruan nan sangat besar. Mengatasnamakan keikutsertaannya pada seremoni tersebut sebagai corak toleransi, lampau menghukumi mereka nan tidak merayakannya dengan julukan ‘intoleran’.

Kaum muslimin nan dirahmati Allah Ta’ala.

Agama Islam adalah kepercayaan nan sempurna. Setiap tindakan, sikap, dan budi pekerti nan baik telah diajarkan oleh Allah Ta’ala melalui lisan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, tak terkecuali sikap dan muamalah kita terhadap orang-orang non-Islam, Islam pun telah mengajarkannya.

Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk melakukan baik kepada mereka nan berakidah Islam dan juga mereka nan non-Islam. Allah Ta’ala berfirman,

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Allah tidak melarang Anda melakukan baik dan bertindak setara terhadap orang-orang nan tidak memerangimu (dari kalangan orang-orang kafir) dalam urusan kepercayaan dan tidak mengusir Anda dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang nan bertindak adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Di ayat nan lain, Allah Ta’ala halalkan makanan nan mereka berikan kepada kita, dan Allah halalkan juga memberikan mereka makanan,

اَلْيَوْمَ اُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُۗ وَطَعَامُ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ حِلٌّ لَّكُمْ ۖوَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَّهُمْ

“Pada hari ini dihalalkan bagimu segala nan baik-baik. Makanan (sembelihan) mahir kitab itu legal bagimu, dan makananmu legal bagi mereka.” (QS. Al-Maidah: 5)

Kaum muslimin, jemaah salat Jumat nan Allah rahmati.

Sebagai kaum muslimin nan percaya dan percaya bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebaik-baik suri teladan bagi dirinya, nan percaya bahwa Nabi Muhammad membawa kebenaran, semestinya juga mengetahui dan mempelajari kembali gimana sikap Nabi terhadap nonmuslim, gimana muamalah beliau dengan mereka, dan gimana pemisah toleransi nan betul nan telah beliau ajarkan.

Begitu banyak riwayat-riwayat sabda nan sampai kepada kita, nan mengisahkan gimana perlakuan dan adab Nabi terhadap nonmuslim. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau membesuk orang nan sakit di antara mereka, melakukan baik terhadap orang-orang nan memerlukan support di antara mereka.

BACA JUGA: Setiap Akhir Tahun Umat Islam Ribut tentang Hukum Ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru?

Dikisahkan juga bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suatu ketika meminjam sejumlah duit kepada ahlul kitab. Sampai-sampai di akhir kehidupan beliau, baju perang beliau tergadaikan kepada seorang Yahudi, lantaran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meminjam duit darinya.

Toleransi beliau juga terwujud dalam kisah penaklukan kota Makkah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengampuni dan mengampuni kaum Quraisy nan telah menyakiti beliau, selain beberapa orang saja! Bahkan, beliau memberikan agunan keselamatan kepada masyarakat Makkah, meskipun mereka belum mau masuk ke dalam Islam. Dalam sebuah sabda sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

أنَّ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ عامَ الفتحِ جاءَهُ العبَّاسُ بنُ عبدِ المطَّلبِ بأبي سفيانَ بنِ حربٍ فأسلمَ بمرِّ الظَّهرانِ فقالَ لَهُ العبَّاسُ: يا رَسولَ اللَّهِ إنَّ أبا سفيانَ رجلٌ يُحبُّ هذا الفخرِ، فلو جعلتَ لَهُ شيئًا قالَ: نعَم مَن دخلَ دارَ أبي سفيانَ فَهوَ آمنٌ، ومَن أغلقَ علَيهِ بابَهُ فَهوَ آمنٌ

“Saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak menaklukkan kota Makkah, Al-Abbas bin Abdul Mutthalib mendatanginya sembari membawa Abu Sufyan bin Harb, maka masuk Islamlah dia (Abu Sufyan) di tempat nan disebut ‘Maar Adz-Dzahran’. Al-Abbas mengatakan kepada beliau (Nabi), ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan itu senang andaikan mempunyai kewibawaan, sekiranya engkau berikan sesuatu untuknya (untuk dibanggakan).’ Maka, Nabi mengatakan, ‘Siapa saja nan masuk ke rumah Abu Sufyan, maka dia mendapatkan agunan keamanan (tidak dibunuh). Dan siapa pun nan menutup pintunya, maka dia juga mendapatkan keamanan.” (HR. Abu Dawud no. 3021, Ibnu Abi Syaibah no. 38078 dan Al-Baihaqi no. 18740)

BACA JUGA:

Jemaah nan dimuliakan Allah Ta’ala.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah bersabda,

ألا مَن ظلمَ مُعاهدًا، أوِ انتقصَهُ، أو كلَّفَهُ فوقَ طاقتِهِ، أو أخذَ منهُ شيئًا بغَيرِ طيبِ نفسٍ، فأَنا حَجيجُهُ يومَ القيامةِ

“Ketahuilah, bahwa orang nan menzalimi orang kafir nan menjalin perjanjian dengan Islam alias mengurangi haknya alias membebaninya di atas kemampuannya alias mengambil darinya sesuatu nan dia relakan, maka saya adalah lawannya pada hari Kiamat.” (HR. Abu Dawud no. 3052 dan disahihkan oleh Syekh Albani)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apalagi memberikan ancaman bagi mereka nan membunuh orang-orang nonmuslim nan sedang dalam perlindungan dan perjanjian tenteram dengan kaum muslimin. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن قَتَلَ مُعاهَدًا لَمْ يَرِحْ رائِحَةَ الجَنَّةِ، وإنَّ رِيحَها تُوجَدُ مِن مَسِيرَةِ أرْبَعِينَ عامًا.

“Siapa nan membunuh (kafir) mu’ahad (terikat perjanjian damai), maka dia tidak bakal dapat mencium wangi surga. Padahal, sesungguhnya harumnya (surga) dapat tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun.” (HR. Bukhari no. 3166)

Jemaah nan berbahagia, sesungguhnya toleransi kaum muslimin inilah nan menjadi karena cepatnya persebaran Islam di seluruh dunia. Semuanya kembali pada asas keadilan dan hikmah nan dibawa oleh hukum Islam. Keadilan nan bertindak untuk semua masyarakatnya dan siapapun nan sedang di bawah kepemimpinannya, tak terkecuali mereka nan nonmuslim.

أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ،   فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.

BACA JUGA: Hukum Membeli Diskon Natal dan Hari Raya Non-Muslim

Khotbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Maasyiral mukminin nan dimuliakan Allah Ta’ala.

Di dalam bertoleransi, Islam juga menerapkan beberapa patokan nan kudu ditaati dan tidak boleh dilanggar oleh setiap pemeluknya. Di antaranya adalah larangan ikut serta di dalam merayakan seremoni kepercayaan lain dan memberikan ucapan selamat atas hari raya mereka.

Karena di dalam keikutsertaan seorang muslim pada hari raya mereka terdapat corak saling tolong menolong dalam sebuah dosa. Sedang Allah Ta’ala berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah Anda dalam (mengerjakan) amal dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam melakukan dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Ma’idah: 2)

Belum lagi, ikut serta dalam seremoni mereka merupakan salah satu corak tasyabbuh (menyerupai nonmuslim) nan paling nyata! Sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَومٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Dawud no. 4031 dan Ahmad no. 5114)

Subhanallah! Nabi hukumi orang seperti ini dengan norma nan sama dengan orang-orang kafir tersebut. Bisa jadi keikutsertaan seseorang dalam seremoni kepercayaan lain ini mengantarkannya kepada kekufuran, wal iyyadhu billah, alias seminimal-minimalnya mengantarkannya kepada perbuatan dosa.

Jemaah salat Jumat nan senantiasa dalam lindungan Allah Ta’ala.

Jangan sampai diri kita tertipu dan merasa pamor serta malu ketika tidak ikut memeriahkan perayaan-perayaan semacam ini, merasa malu hanya lantaran banyaknya manusia nan ikut merayakannya. Tugas kita hanyalah menaati Allah dan Rasul-Nya. Hiraukan omongan manusia, hiraukan kebiasaan mereka, lantaran kebanyakan dan kebanyakan manusia tidak peduli dengan apa nan telah Allah Ta’ala syariatkan. Allah Ta’ala berfirman,

وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ

“Dan jika Anda mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka bakal menyesatkanmu dari jalan Allah. nan mereka ikuti hanyalah persangkaan belaka dan mereka hanyalah membikin kebohongan.” (QS. Al-An’am: 116)

Allah Ta’ala juga berfirman.

وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ

“Dan kebanyakan manusia tidak bakal beragama walaupun engkau sangat menginginkannya.” (QS. Yusuf: 103)

Oleh karenanya jemaah sekalian, perayaan-perayaan nan menyelisihi hukum maka hukumnya terlarang, meskipun banyak dikerjakan dan dirayakan oleh masyarakat dan manusia.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita, memberikan kita hidayah untuk selalu menimbang segala ucapan, perbuatan, dan seremoni manusia dengan memandang dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadis. Apa nan sejalan dengan keduanya ataupun salah satu dari keduanya, maka boleh diamalkan meskipun sedikit sekali dari masyarakat nan melakukannya.

Sedangkan apa nan menyelisihi keduanya ataupun salah satu darinya, maka tidak boleh diamalkan. Meskipun banyak sekali masyarakat dan manusia yang  melakukannya.

Wallahu a’lam bisshawab.

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

BACA JUGA:

  • Kumpulan Artikel Seputar Natal dan Tahun Baru
  • Benarkah Tidak Ada Dalil nan Melarang Ucapan Selamat Natal?

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Artikel: www.muslim.or.id

Source muslim.or.id
muslim.or.id