Di antara bukti kecintaan seorang muslim kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama adalah banyak-banyak berselawat. Suatu ketika, ‘Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu pernah berbicara kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama, “Wahai Rasulullah, saya ini mau memperbanyak berselawat kepadamu. Kira-kira kudu berapa banyak?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama menjawab, “Terserah engkau.”
‘Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu pun menimpali, “Bagaimana jika seperempat?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallama menjawab, “Seandainya engkau tambah, niscaya lebih baik bagimu.”
Kemudian dijawab, “Bagaimana jika setengah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallama kembali mengatakan, “Terserah, tapi jika engkau tambah, itu lebih baik bagimu.”
“Bagaimana jika 2/3?”, ujar ‘Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama pun menjawab, “Terserah, tapi jika kau tambah, itu lebih baik bagimu.”
“Jika demikian, saya jadikan seluruhnya untuk berselawat untukmu’, pungkas ‘Ubay bin Ka’ab.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama pun bersabda, “Jika demikian, kesedihanmu bakal sirna dan dosa-dosamu bakal terampuni.” (HR. At-Tirmidzi no. 2457)
Begitu pun, Allah ‘Azza Wajalla berfirman,
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang nan beriman, berselawatlah Anda untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab: 56)
Sehingga, tidaklah layak seorang muslim mengaku begitu cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama, bakal tetapi lisannya jarang sekali berselawat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallama. Namun, bukan hanya itu. Tanda cinta seorang muslim kepada nabinya adalah mengikuti perintah dan menjauhi larangannya. Dan hanya mempercayai bahwa janji pahala dari ibadah nan kita kerjakan haruslah berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama. Termasuk ketika seseorang berselawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama.
BACA JUGA: Peringatan Untuk Menjauhi Kesyirikan Dan Wajib Khawatir Terjerumus Padanya
Selawat Jibril dan riwayat tiruan tentangnya
Di antara nan ramai beredar di tengah kaum muslimin adalah sholawat jibril, ialah nan (menurut mereka) sebagai selawat nan pertama kali diucapkan Jibril ‘alaihissalam, yaitu:
صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّدٍ
“Semoga Allah limpahkan rahmat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama.”
Secara lafaz, selawat ini sama sekali tidak ada masalah. Al-Munawi rahimahullahu dalam Faidhul Qadiir ketika menjelaskan hadis,
من صلى على حين يصبح عشرا وحين يمسي عشرا أدركته شفاعتي يوم القيامة
“Barangsiapa berselawat kepadaku 10 kali di pagi dan sore hari, maka dia mendapat syafaatku di hari kiamat.” (HR. Ath-Thabrani dan dinilai lemah oleh para ustadz seperti Syekh Al-Albani rahimahullahu)
Beliau rahimahullahu menukil ucapan,
وقضية اللفظ حصول الصلاة بأي لفظ كان وإن كان الراجح الصفة الورادة في التشهد
“Poinnya adalah nan krusial maksud selawat alias kandungan angan dalam selawat tersampaikan dengan lafaz apapun. Meskipun nan tepat adalah dengan lafaz sebagaimana ketika seorang duduk tasyahhud.”
Namun, ketika mendasarkan keistimewaan membacanya dengan hadis-hadis nan tiruan seperti nan menceritakan bahwa selawat ini diucapkan Jibril ‘alaihissalam ketika Adam ‘alaihissalam dan ibu Hawwa bertemu. Atau mengharuskan orang lain untuk membacanya dengan hitungan alias tatacara nan tidak diajarkan oleh Rasulullah sendiri, maka perihal tersebut tidaklah dibenarkan.
Wallahu a’lam.
BACA JUGA:
Yang Mengharamkan Peringatan Maulid Nabi Bukan Hanya Wahabi
***
Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.
Artikel: www.muslim.or.id