BACA PEMBAHASAN SEBELUMNYA Sebab-Sebab Terbukanya Rezeki dan Terhindar dari Musibah (Bag. 1)
Namun ingat, kita tetap diperintahkan tulus beragama untuk Allah semata
Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Bayyinah ayat 5,
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan tulus menaati-Nya semata-mata lantaran (menjalankan) agama.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Larangan beragama kepada Allah dengan niat hanya dunia
Allah berfirman dalam surah Hud ayat 15 dan 16,
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
“Barangsiapa nan menghendaki kehidupan bumi dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka jawaban pekerjaan mereka di bumi dengan sempurna dan mereka di bumi itu tidak bakal dirugikan.” (QS. Hud: 16)
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ ۖوَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Itulah orang-orang nan tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat, selain neraka. Dan sia-sialah di sana apa nan telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa nan telah mereka kerjakan.” (QS. Hud: 16)
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهٗ فِيْهَا مَا نَشَاۤءُ لِمَنْ نُّرِيْدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهٗ جَهَنَّمَۚ يَصْلٰىهَا مَذْمُوْمًا مَّدْحُوْرًا
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa nan Kami kehendaki bagi orang nan Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia bakal memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (QS. Al-Isra’: 18)
BACA JUGA: Ar Razzaaq, nan Banyak Memberi Rezeki (1)
Allah ingatkan kita agar tidak melupakan perkara nan berfaedah untuk kehidupan bumi kita
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah (pahala) negeri alambaka dengan apa nan telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah Anda lupakan bagianmu di dunia.” (QS. Al-Qashash: 77)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun memerintahkan kita untuk berupaya dan bekerja untuk mendapatkan perkara nan berfaedah bagi kita, tentunya termasuk dalam perihal ini adalah berupaya untuk mendapatkan rezeki halal.
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
“Bersemangatlah atas hal-hal nan berfaedah bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.” (HR. Muslim)
BACA JUGA: Jangan Khawatirkan Rezekimu
Maksiat adalah penghalang rezeki nan halal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وإن الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه
“Dan sesungguhnya seseorang betul-betul dihalangi mendapatkan rezeki lantaran dosa nan dilakukan olehnya.” (HR. Ibnu Majah, hasan)
Kesimpulan
Berdasarkan campuran dalil-dalil di atas dapat disimpulkan:
Pertama: Tobat, ibadah, dzikrullah, doa, istigfar, dan dakwah adalah karena didapatkannya rezeki dan terhindar dari musibah dan azab.
Oleh lantaran itu, keberadaan para da’i, mahir ibadah, dan orang-orang saleh dalam sebuah masyarakat, hakikatnya mereka ikut andil dalam berupaya terhindarnya dari musibah dan azab. Maka, perihal ini menuntut kita untuk mencontoh teladan mereka dan memberi perhatian, bantuan, dan support kepada mereka, menjaga dan memuliakan mereka serta berterimakasih kepada mereka.
Bukan justru menelantarkan mereka, memandang sebelah mata, apalagi menghalang-halangi dakwah mereka dan menzalimi mereka.
Kedua: Ikhlaslah dalam beragama dan beribadahlah sesuai dengan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jangan niatkan dalam beribadah, selain untuk mendapatkan rida dan pahala Allah semata. Namun, tetap iringilah dengan bekerja nan halal, niscaya bumi bakal mengikuti anda.
Ketiga: Jangan sampai meninggalkan ibadah alias malas beribadah, malas dzikrullah serta malas berdakwah, dengan argumen sibuk cari rezeki alias sibuk bersenang-senang menikmati dunia.
Karena berdasar sibuk mencari rezeki sehingga sampai meninggalkan alias malas beribadah, dzikrullah, serta berceramah itu justru bisa berakibat jelek pada perolehan rezeki alias berakibat pada perolehan keberkahan jika pun mendapatkan rezeki.
Setiap muslim dan muslimah bisa ikut andil dalam berdakwah, baik dengan pengetahuan syar’i, harta, kedudukan, teladan kebaikan salehnya, alias pun segala sesuatu nan bisa digunakan untuk membujuk manusia ke jalan Allah, sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Keempat: Tidak betul seseorang hanya beribadah, berzikir, dan bermohon saja, tanpa mau bekerja mencari rezeki nan halal.
Kelima: Beribadah kepada Allah dengan niat murni mencari bumi alias niat dunianya lebih besar daripada niat mencari rida dan pahala Allah alias sama kadar niat keduanya, maka pada semua kondisi ini pelakunya tidak mendapatkan pahala, sedangkan bumi nan dia niatkan hanya bakal didapatkan jika Allah takdirkan untuknya. Adapun kadar bumi nan bakal didapatkannya, tidak bakal melampaui apa nan telah ditakdirkan oleh Allah untuknya.
Jadi, seandainya seseorang meniatkan ibadahnya hanya untuk bumi semata, (misal: salat hanya agar sehat badannya, berpuasa Ramadan hanya untuk menurunkan berat badan, infak hanya untuk sembuh sakitnya), maka jika Allah tidak takdirkan bumi untuknya, dia tidak bakal mendapatkan tujuan bumi nan diharapkannya. Dan seandainya Allah takdirkan bumi untuknya pun, maka dia tidak bakal mendapatkan bumi melampaui apa nan telah ditakdirkan oleh Allah untuknya. Padahal dia sudah terjatuh dalam kesyirikan lantaran beragama untuk bumi semata dan sudah terluput darinya pahala dan rida Allah.
Keenam: Beribadah kepada Allah, andaikan niat penggerak awalnya adalah mencari rida dan pahala Allah (lillah), dan niat lillah itu lebih besar daripada niat mencari dunia, maka ini tidak kenapa dan tidak berdosa, namun tidak afdal. Hanya saja, pelakunya tetap dikatakan tulus lantaran dalil menunjukkan bolehnya perihal itu, sedangkan norma itu berasas nan paling terbanyak (mayoritas).
Ketujuh: nan afdal (paling utama) adalah beragama kepada Allah dengan niat hanya mencari rida Allah dan pahala-Nya. Dalam kondisi ini, pelakunya bakal mendapatkan dua keistimewaan sekaligus: 1) mendapatkan rida dan pahala-Nya; dan 2) sekaligus juga mendapatkan dunia, meski pelakunya tidak meniatkan mencari dunia, lantaran ini agunan bagi setiap orang nan bertakwa, terlepas meniatkan cari bumi alias tidak. Allah berfirman,
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا
“Barangsiapa nan bertakwa kepada Allah, niscaya Dia bakal mengadakan baginya jalan keluar.”
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ
“Dan memberinya rezeki dari arah nan tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah bakal mencukupi (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Dari ayat di atas dan ayat-ayat sebelumnya, disimpulkan bahwa secara umum seluruh ibadah dan kebaikan saleh itu karena untuk didapatkannya rezeki dan keberkahan padanya. Oleh lantaran itu, barangsiapa nan beragama kepada Allah dengan niat hanya mencari rida Allah dan pahala-Nya, tidak ada niat bumi sedikit pun, maka dia mendapatkan kebaikan diniyyah ukhrawiyyah (rida dan pahala-Nya) dan kebaikan dunyawiyyah.
Jadi, sungguh ruginya seseorang nan meniatkan bumi dalam beribadah, meskipun niat dunianya itu minoritas. Karena jika seorang hamba, ibadahnya hanya lillah, tanpa diniatkan mencari bumi sedikit pun, pasti bumi bakal didapatkan jika memang sudah menjadi takdir untuknya, ditambah lagi dia mendapatkan untung rida Allah dan pahala nan sempurna, tidak terkurangi dengan niat dunia.
Kedelapan: Maksiat adalah penghalang rezeki nan legal dan diberkahi dan dapat menyebabkan terkena musibah. Wallahu Ta’ala a’lam.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
[Selesai]
BACA JUGA:
- Banyak Anak, Banyak Rezeki?
- Ada Apa Antara Rezeki dan Jimat?
***
Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah
Artikel: www.muslim.or.id