Khutbah Pertama:
الحمد لله المنفرد بكمال الجمال، المتفرِّد بتصريف الأحوال، المتعالي عن الأشباه والأمثال، الموصوف بصفات العظمة والجلال، الأحد الصمد الكبير المتعال، له الأسماء الحسنى، والصفات العلا، والمجد والكمال.
والصلاة والسلام على عبده ورسوله، وصفوته من خلقه، وأمينه على وحيه، وأنصحهم لأمّته، بعثهُ الله ومن دونه من الأنبياء والمرسلين بقولهم: ﴿يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ﴾، فصدع بأمره، وتحمَّل في مرضاته ما لم يتحمله بشرٌ سواه، اللهم صلِّ وسلم وبارك عليه وعلى آله وأتباعه.
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا﴾ [النساء: 1].
أما بعد:
Ibadallah, ittaqullah Ta’ala..
Di dalam Alquran, banyak sekali kisah-kisah nan mengandung pelajaran dan nasihat. Allah telah mengisahkan kepada kita tentang awal pembuatan Adam dan istrinya, Hawa. Di dalam kisah Adam dan Hawa, terdapat kisah gimana pertarungan manusia dengan setan saat awal penciptaan. Kemudian pertarungan dan sengketa ini terus bersambung atas hikmah Allah. Selama tetap ada anak keturunan Adam dan musuh mereka Iblis di bumi ini.
Kisah sengketa Adam dan Iblis ini Allah ulang-ulang di dalam Alquran. Karena di dalamnya terdapat pelajaran nan agung dan nasihat nan mendalam. Di antara kisah tersebut Allah Ta’ala firmankan dalam Surat Al-A’raf ayat 19 sampai 23:
وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (19)
(Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah Anda dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja nan Anda sukai, dan janganlah Anda berdua mendekati pohon ini, lampau menjadilah Anda berdua termasuk orang-orang nan zalim”.
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِن سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَٰذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ (20)
Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa nan tertutup dari mereka ialah auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan Anda tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan agar Anda berdua tidak menjadi malaikat alias tidak menjadi orang-orang nan kekal (dalam surga)”.
وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ (21)
Dan dia (syaitan) berjanji kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang nan memberi nasehat kepada Anda berdua.”
فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ ۖ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ (22)
maka syaitan membujuk keduanya (untuk menyantap buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang Anda berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh nan nyata bagi Anda berdua?”
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (23)
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang nan merugi.
Di awal rangkaian ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan Adam dan istrinya untuk tinggal di surga. Sebagai corak penghormatan dan tingginya kedudukan Adam.
Siapa nan menaati perintah Allah, dia bakal hidup dengan penuh kemuliaan. Allah bakal penuhi hati mereka dengan ketenangan. Jiwanya bakal lapang. Dan kehidupan serta kondisinya bakal baik. Namun siapa nan jauh dan menentang Allah, dia bakal hidup dengan kehidupan nan sempit.
Allah katakan kepada Adam,
فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا
“makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja nan Anda sukai.”
Allah memberikan kebolehan kepada hamba-hamba-Nya hal-hal nan baik. Dia lapangkan mereka dalam masalah makanan dan minuman. Artinya, hal-hal nan legal itu luas. Kata Allah “makan nan mana saja”. Sementara nan haram itu sempit. Allah mengatakan, “Kecuali satu saja, jauhi pohon itu.” Bersamaan dengan itu, manusia dikalahkan oleh hawa nafsu mereka nan membujuk pada keburukan. Mereka justru menganggap sedikit dan sempit nan halal. Dan menganggap nan haram itu banyak dan lapang.
Manusia senantiasa berhasrat pada nan haram dan leluasa dalam perihal mubah. Mereka bermain-main di tepi nan dilarang. Akhirnya, tipu daya setan semakin besar pada mereka. Mereka pun jatuh pada nan haram. Allah Ta’ala melarang Adam untuk mendekati pohon tujuannya adalah corak pencegahan agar tidak jatuh pada nan dilarang. Namun setan menipu Adam dan membisikinya. Setan berjanji dengan sumpah tiruan hingga Adam mencicipi buah nan dilarang itu.
Oleh lantaran itu, di antara corak metode dakwah nan betul adalah adanya tindakan pencegahan. Yaitu melarang mendekati nan haram. Sebagai corak penjagaan terhadap jiwa dan akhlak. Ini juga merupakan corak penjagaan terhadap masyarakat. Dan corak tarbiyah agar manusia berakhir di garis-garis nan telah Allah tetapkan.
Perhatikanlah! Orang-orang nan jatuh pada perbuatan syirik diawali dengan mengerjakandosa-dosa nan di bawah syirik. Demikian juga orang nan terjatuh pada bid’ah, diawali oleh bermudah-mudahan duduk berbareng dan tukar pikiran dengan ahlul bid’ah. Menelaah buku-buku mereka dan mengkajinya. Sama halnya juga dengan orang nan jatuh pada dosa besar, diawali oleh terbiasa mengerjakan dosa-dosa kecil.
Tidaklah seseorang terbiasa melakukan sesuatu selain diawali oleh perihal lain nan menjembataninya. Baik dia terbiasa dalam sesuatu nan mulia alias terbiasa dengan nan hina. Awalnya dia bermain-main di pinggiran area terlarang, lampau dia masuk ke dalamnya, lampau terbiasa. Lalu hilanglah keshalehannya dan adab baiknya. Ia mengganti ketaatan dengan kemaksiatan. Mengganti ketundukan kepada Allah dengan pembangkangan.
Ibadallah,
Menerabas larangan dan mengerjakan nan haram jangan malah diartikan sebagai corak kemerdekaan dan kebebasan. Itu bukan kemerdekaan. Itu malah mengeluarkan seseorang dari penghambaan kepada Allah. Membuat seseorang tertawan dan mendatangkan balasan dari Allah Ta’ala.
Siapa nan mendekati apa nan Allah larang, apalagi sampai mengerjakannya, mereka adalah orang-orang nan bertindak kejam terhadap dirinya sendiri. Ya, seseorang bisa melakukan jahat terhadap diri sendiri dengan langkah melakukan nan haram. Baik dalam perkara makanan, minuman, dan pakaian. Baik melanggar kewenangan orang tua alias kewenangan family dekat. Baik dalam masalah kekayaan alias hubungan sosial. Dan lain sebagainya.
Kemudian Allah menceritakan:
وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ (21)
Dan dia (syaitan) berjanji kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang nan memberi nasehat kepada Anda berdua.”
Setan senantiasa memberi bisikan jahat pada jiwa manusia. Setan duduk di setiap jalan-jalan kebaikan untuk menghalangi mereka. Menghiasi nan batil sehingga tampak indah. Membisiki manusia untuk meremehkan maksiat. Memperindah interkasi nan tidak legal antara laki-laki dan perempuan. Mereka bisiki manusia hingga menjadikan kerdil sesuatu nan serius dan besar di sisi Allah. Mereka buat manusia ragu bakal adanya hari pembalasan.
Setan juga memberikan kemalasan dan kelemahan kepada manusia. Membuat mereka jauh dari kesungguhan. Setan menggunakan beragam wasilah untuk menyesatkan manusia. nan tujuan akhirnya adalah:
لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِن سَوْآتِهِمَا
“untuk menampakkan kepada keduanya apa nan tertutup dari mereka ialah auratnya.”
Kemaksiatan bakal merusak tabir antara seorang hamba dengan Tuhannya. Kalau tabir ini telah tersingkap, maka aurat bakal terlihat. Ini adalah langkah pertama. Kalau ini sudah berhasil, maka bakal lebih mudah bagi setan menjerumuskan manusia. Mulailah setan membujuk mereka memandang nan haram. Kemudian zina. Setalah itu rusaklah moral.
Dan setan telah mencapai tujuannya tatkala saat ini manusia berpikir bahwa membuka aurat adalah simbol kemodernan. Menutup aurat malah mereka anggap kemunduran. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّا
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah dia musuh(mu).” [Quran Fathir: 6]
Dan bisikan setan nan paling rawan adalah tatkala dia membungkus rayuan sesatnya dengan baju nasihat.
وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ (21)
Dan dia (syaitan) berjanji kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang nan memberi nasehat kepada Anda berdua.”
Setan tahu lantaran Adam dan Hawa tidak mungkin menuduh seorang nan berjanji atas nama Allah bakal berdusta. Inilah nan berbahaya. Tatkala musuh mengesankan diri sebagai teman. Tatkala nan mencelakakan tampil sebagai orang nan mengasihi. Penipu tampil sebagai penolong.
فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ
“maka syaitan membujuk keduanya (untuk menyantap buah itu) dengan tipu daya.”
Hingga saat ini, setan senantiasa mengadakan tipu daya dan perangkap. Memperindah ucapan. Menghiasi kebatilan. Setan menipu orang tua kita Adam dan Hawa. Menjatuhkan kedudukan mereka nan mulia. Agar keduanya menjadi pelaku dosa dan jauh dari rahmat Allah. Sehingga keduanya dihukum dengan balasan nan sama nan mereka dapatkan.
فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ
Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga.
Inilah akibat dari sebuah pelanggaran. Seseorang menjadi buruk setelah sebelumnya mereka mulia.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلَّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا لَا مُنْتَهَى لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا رَبَّ لَنَا سِوَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَمُجْتَبَاهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ التَقْوَى، وَرَاقِبُوْهُ فِي السِرِّ وَالنَّجْوَى.
Kemudian jamaah rahimakumullah,
Allah Ta’ala berfirman,
وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang Anda berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh nan nyata bagi Anda berdua?”
Ini adalah seruan Allah kepada orang tua kita Adam, demikian juga seruan kepada kita anak keturunannya nan terjatuh pada apa nan Allah larang. Allah telah menjelaskan kepada kita tipu daya setan dengan jelas. Allah telah peringatkan kita bahwa mereka itu pembohong. Allah juga beri rincian gimana kehidupan akhir para pendosa. Semua itu bermaksud agar kita tidak terpedaya dengan tipu daya setan.
Namun, dengan penjelasan rinci dan bertahap-tahap tersebut, kita anak keturunan Adam tetap saja jatuh dalam dosa dan kemaksiatan. Saat ini terjadi, Allah buka pintu kebaikan lainnya untuk kita. Allah buka pintu taubat. Siapa nan bersungguh-sungguh bertaubat, Allah bakal menerima taubat mereka. Karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia tetap membuka pintu bagi mereka nan menutup pintu untuk mereka sendiri lantaran melakukan dosa dan kesalahan. Kasih sayang Allah banget luas, meliputi segala sesuatu.
Inilah pelajaran nan bisa kita petik dari kisah kedua orang tua kita, Adam dan Hawa. Tatkala keduanya berdosa, keduanya bersegera bertaubat kepada Allah. Mengakui kesalahan mereka. Dan merendahkan diri mereka di hadapan Allah. Dan Allah menerima taubat orang-orang nan sungguh-sungguh bertaubat.
Alangkah bagus ucapan Adam nan diajarkan Allah padanya. Allah ajarkan pada Adam gimana langkah bertaubat.
وَعَصَىٰ آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىٰ (121) ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَىٰ (122)
“Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” [Quran Thaha: 121-122]
Ibadallah,
Mudah-mudahan, khotbah ini menyadarkan kita. Bahwa kita ini anak keturunan Adam. Sejak dulu Iblis dan bala tentaranya senantiasa memusuhi orang tua kita. Dan mereka berjanji bakal tetap menyesatkan anak keturunan Adam hingga hari kiamat.
أَلَا وَصَلُّوْا – عِبَادَ اللهِ – عَلَى رَسُوْلِ الهُدَى، فَقَدْ أمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ، فَقَالَ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56].
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الكُفْرَ وَالكَافِرِيْنَ، وَدَمِّرِ اللَّهُمَّ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ هَذَا البَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الجَنَّةَ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا، وَاغْسِلْ حَوْبَتَنَا، وَثَبِّتْ حُجَّتَنَا، وَسَدِّدْ أَلْسِنَتَنَا، وَاسْلُلْ سَخِيْمَةَ قُلُوْبِنَا.
اَللَّهُمَّ ارْحَمْ مَوْتَانَا، وَاشْفِ مَرْضَانَا، وَتَوَلَّ أَمْرَنَا، وَاخْتِمْ لَنَا بِخَيْرٍ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ.
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ إِمَامَنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُ لِهُدَاكَ، وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، وَوَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أُمُوْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكَتَابِكَ، وَتَحْكِيْمِ شَرْعِكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
﴿رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾ [الأعراف: 23]، ﴿رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾ [الحشر: 10]، ﴿رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾ [البقرة: 201].
﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴾ [النحل: 90].
فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Disarikan dari khotbah Jumat Masjid Nabawi oleh Syaikh Abdul Bari ats-Tsubaity dengan titel Min Maqashid Qishati Adam wa Iblis
Artikel www.KhotbahJumat.com