Nikmat-Nikmat yang Dilalaikan oleh Manusia

Trending 4 months ago

Nikmat kesehatan dan waktu luang

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

نِعمَتانِ مغبونٌ فيهما كثيرٌ من الناسِ: الصَّحَّةُ والفَّراغُ

“Dua nikmat nan banyak manusia dilalaikan di dalamnya, yaitu: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Nikmat kesehatan dan waktu senggang adalah hidayah agung nan diberikan Allah Ta’ala kepada manusia. Kita baru saja melewati masa-masa susah ketika Allah Ta’ala memberikan ujian pandemi Covid-19 di mana seluruh umat manusia disibukkan dengan beragam upaya untuk menjaga kesehatan dan melindungi diri dari serangan virus galak tersebut. Ujian itu semestinya menyadarkan kita tentang nikmat kesehatan nan selama ini terkadang kita lupa untuk menyukurinya.

Begitu pula dengan waktu luang. Tatkala kita mempunyai waktu senggang nan bebas dari segala kesibukan aktivitas harian, kita pun kadangkala luput dari menyukurinya dengan memanfaatkan waktu senggang tersebut untuk hal-hal nan bermanfaat. Padahal, dengan kesehatan dan waktu senggang tersebut, Allah Ta’ala sedang memberikan karunia berupa kesempatan bagi kita untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan kepada-Nya nan bakal menjadi bekal kita dalam rangka menggapai jannah-Nya.

BACA JUGA: Nikmat-Nikmat nan Dilalaikan oleh Manusia

Coba kita renungi sejenak. Betapa waktu senggang nan kita miliki cukup rentan untuk terisi dengan perihal nan sia-sia tanpa manfaat, apalagi menjadi kesempatan bagi setan untuk membisikkan agar kita melakukan kemaksiatan. Sungguh, pada akhirnya pengabaian terhadap pemanfaatan kesehatan dan waktu senggang ini bakal disesali oleh manusia.

Allah Ta’ala berfirman,

حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ, لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga andaikan datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah saya (ke dunia) agar saya dapat melakukan kebaikan saleh nan telah saya tinggalkan.’” (QS. Al-Mukminun: 100)

Tatkala manusia berada di penghujung ajal, maka sungguh dia bakal menyesali kesia-siaan dan kemaksiatan nan dia lakukan sepanjang hidupnya. Ia pun berambisi untuk dikembalikan agar dapat kembali melakukan ibadah saleh nan tidak dia pedulikan saat memperoleh kesehatan dan waktu luang.

Allah Ta’ala berfirman,

مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِين

“Sebelum kematian mendatangi salah seorang hingga dia berkata, ‘Ya Rabbku, kenapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu nan dekat, nan menyebabkan saya dapat bersedekah dan saya termasuk orang-orang nan saleh?’ “ (QS. Al-Munafiqun: 10)

BACA JUGA: Nikmat Tauhid bagi Negeri Ini

Saudaraku, kesehatan dan waktu senggang adalah nikmat nan agung nan patut kita syukuri. Di antara tanda syukur atas dua nikmat ini adalah hendaknya diisi dengan amalan-amalan saleh seperti menuntut ilmu, bermuamalah, beribadah, dan beragam aktivitas lainnya nan dapat mendatangkan keridaan Allah Ta’ala. Karena sesungguhnya, orang-orang nan menyia-nyiakan dua karunia Allah ini tatkala ajal tiba, mereka bakal berandai-andai jika saja Allah Ta’ala memberikan kesempatan waktu bagi mereka untuk beramal meskipun sesaat.

Perhatikanlah diri kita, tatkala Allah Ta’ala memberikan ujian berupa pandemi Covid-19, sungguh kita merindukan ibadah salat berjemaah dan kajian di masjid, menyambung silaturahmi kepada kerabat, apalagi merindukan kesempatan untuk berumrah dan berhaji ke tanah suci. Namun, saat itu kita terhalang lantaran Allah sedang mencabut nikmat kesehatan untuk sementara waktu dari muka bumi ini. Bukankah ini pertanda bahwa Allah sedang memberikan kepada kita pelajaran untuk menghargai nikmat kesehatan?

Oleh karenanya, sebagai hamba Allah nan berakal, semestinya kita betul-betul memanfaatkan nikmat kesehatan dan waktu senggang ini untuk melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala semaksimal mungkin nan kita bisa.

Jika mempunyai keahlian dalam qira’ah, hendaklah kita memperbanyak referensi Al-Qur’an. Apabila belum mampu, hendaklah kita memperbanyak berzikir kepada Allah Ta’ala. Jika perihal itu pun belum memungkinkan, setidaknya kita berupaya melakukan amar makruf dan nahi munkar, alias pun melakukan kebaikan dan membantu sesama. Sungguh, andaikan dua kenikmatan itu tidak dimanfaatkan dengan baik, kebaikan-kebaikan itu bakal berlalu dengan sia-sia.

Nikmat Islam, akal, dan keamanan

Saudaraku, selain dua nikmat agung tersebut, ada tiga nikmat besar nan semestinya kita sadari dan syukuri nan saat ini kita peroleh, yaitu: nikmat Islam, akal, dan keamanan.

Pertama, nikmat Islam.

Ini adalah nikmat terbesar nan dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Lihatlah diri kita, sebagai muslim nan hidup di tengah-tengah milyaran manusia nan memeluk kepercayaan selain Islam. Kita mengenal kepercayaan mulia ini, Al-Qur’an, dan as-sunnah. Memiliki Islam dan ketaatan adalah karunia Allah Ta’ala nan tak ternilai.

Allah Ta’ala berfirman,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْأِسْلامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk Anda agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi kepercayaan bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)

Kedua, nikmat akal.

Bahwa manusia andaikan akalnya terganggu, maka bakal mempengaruhi perilakunya. Kadangkala kita melupakan nikmat nan satu ini. Pastinya, orang-orang nan telah Allah cabut hidayah logika dari dirinya tidak lagi mengetahui mana nan betul dan nan salah, apalagi mengetahui gimana melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Orang nan tidak berakal tentu bakal sangat memengaruhi perilaku dan berakibat besar pada diri dan keluarganya. Bukankah orang-orang seperti ini banyak kita temui? Maka, bersyukurlah atas nikmat logika nan diberikan Allah Ta’ala di mana dengannya engkau bukanlah menjadi bagian dari orang-orang tersebut.

Ketiga, nikmat keamanan di tanah air.

Alhamdulillah, Allah Ta’ala telah memberikan kepada kita hidayah keamanan hidup di tanah air Indonesia ini. Tidak ada nan melarang kita untuk salat berjemaah dan menyelenggarakan kajian di masjid. Tidak ada pula  nan menghalang kita dalam perjalanan ke luar negeri untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah di tanah suci.

Lihatlah ujian peperangan dan islamophobia nan dialami oleh saudara-saudara kita di Palestina, Yaman, Uyghur, Somalia, Afghanistan, Syria, dan beragam bagian bumi nan belum dapat menikmati keamanan hidup dan beragama sebagaimana nikmat nan kita rasakan saat ini.

Saudaraku, inilah berkah dan karunia agung dari Allah Ta’ala untuk kita. Kita semestinya istikamah berterima kasih atas nikmat nan besar ini, dan suatu keharusan dan tanggungjawab atas kita untuk selalu alim kepada Allah Ta’ala. Mudah-mudahan Allah Ta’ala senantiasa senantiasa melimpahkan dan melipatgandakan berkah dan karunia-Nya kepada kita. Allahumma amin. Wallahu a’lam.

BACA JUGA:

  • Mati Mendadak Adalah Istirahat & Kenikmatan Bagi Mukmin
  • Nikmat Waktu Luang, untuk Apa?

***

Penulis: Fauzan Hidayat

Artikel: www.muslim.or.id

Source muslim.or.id
muslim.or.id