Allah Tidak Butuh Ibadahmu

Trending 6 months ago

Khutbah Pertama:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وَ إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

أَمَّا بَعْدُ:

Ibadallah, ittaqullah Ta’ala…

Hadirin jamaah Jumat nan dimuliakan Allah,

Satu prinsip nan perlu kita pahami bahwa setiap ketaatan nan kita lakukan, ibadah nan kita lakukan, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala sama sekali tidak membutuhkannya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memerlukan ketaatan nan dilakukan oleh makhluk. Sehingga tidak ada satu pun ibadah nan kita lakukan kepentingannya kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kalaupun manusia satu bumi ini, semuanya kufur kepada Allah, Allah tetap Maha Kuasa. Allah tetap Maha Perkasa. Kerajaan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak bakal berkurang sedikit pun. Demikian juga seandainya makhluk nan ada di alam semesta ini semuanya alim kepada Allah, itu pun tidak bakal berpengaruh memberi tambahan terhadap kekuasaan dan kerajaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman melalui pesan nan disampaikan oleh Nabi Musa ‘alaihissholatu wa salam, seperti nan disebutkan dalam Surat Ibrahim ayat nan kedelapan:

وَقَالَ مُوسَىٰٓ إِن تَكْفُرُوٓا۟ أَنتُمْ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ حَمِيدٌ

Dan Musa berkata: “Jika Anda dan orang-orang nan ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. [Quran Ibrahim: 8]

Demikian juga tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan tentang haji, ada sebagian di antara hamba nan dia tidak mau berangkat haji, Allah Subhanahu wa Ta’ala sama sekali tak butuh mereka.

وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ

“Mengerjakan haji adalah tanggungjawab manusia terhadap Allah, ialah (bagi) orang nan sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Quran Ali imran: 97]

Artinya, siapa saja nan melakukan alim sama sekali tidak menambah kerajaan Allah dan siapapun nan tidak mau melakukan ketaatan, itu juga tidak mengurangi kerajaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi dari sahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meriwayatkan dari Rabnya, Allah Ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ

“Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang nan terdahulu dan orang-orang nan belakangan serta manusia dan jin, semuanya berada pada tingkat ketakwaan nan paling tinggi, maka perihal itu sedikit pun tidak bakal menambahkan kekuasaan-Ku. Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang nan terdahulu dan orang-orang nan belakangan serta hantu dan manusia semuanya berada pada tingkat kedurhakaan nan paling buruk, maka perihal itu sedikitpun tidak bakal mengurangi kekuasaan-Ku. Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang nan terdahulu dan orang-orang nan belakangan serta semua hantu dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka perihal itu tidak bakal mengurangi kekuasaan nan ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang nan menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” [HR. Muslim 4674].

Dengan demikian, ketataan nan kita lakukan sepeser pun tidak kembali kepada untung Allah. Demikian juga kemaksiatan nan kita kerjakan, sama sekali tidak mengurangi kerajaan Allah. Karena masing-masing manusia bakal menanggung kebaikan nan dia kerjakan.

Lalu, tatkala kita melakukan ketaatan siapakah nan mendapatkan manfaatnya? Jawabnya adalah diri kita sendiri. Demikian juga tatkala manusia melakukan kemaksiatan, siapa nan bakal mendapatkan akibat buruknya? Jawabannya adalah kita sendiri.

Berbeda dengan makhluk. Ketika ada orang nan berkuasa, namun rupanya bawahannya tidak mau alim kepadanya, bisa jadi perihal itu bakal menakut-nakuti kekuasaannya. Ketika ada orang nan mempunyai posisi dan jabatan, namun rupanya bawahannya tidak mau tunduk kepadanya, bisa jadi perihal itu bakal menakut-nakuti status sosialnya. Itu manusia. Adapun untuk Allah tidak bertindak norma semacam ini. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak menegaskan di dalam Alquran, seperti dalam Surat Al-Isra ayat ke-7, Allah Ta’ala berfirman,

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا

“Jika Anda melakukan baik (berarti) Anda melakukan baik bagi dirimu sendiri dan jika Anda melakukan jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” [Quran Al-Isra: 7]

Di dalam ayat nan lain di Surat Fussilat ayat ke-46, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

مَّنْ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفْسِهِۦ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٍ لِّلْعَبِيدِ

“Barangsiapa nan mengerjakan kebaikan nan saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” [Quran Fussilat: 46]

Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia memberi kita hidayah untuk melakukan ketaatan kepada-Nya dengan kepercayaan bahwa kitalah nan butuh kepada-Nya bukan lantaran Allah Subhanahu wa Ta’ala nan memerlukan ketaatan nan kita kerjakan. Demikian sebagai khutbah nan pertama.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Kedua:

الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ، صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا..

أَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى:

Kaum muslimin, jamaah Jumat nan dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Ada sebagian orang nan dia merasa berjasa tatkala dia beramal. Terutama ibadah nan berstatus sebagai aktivitas sosial. Seperti menyumbang masjid, berwakaf, kebaikan membantu orang lain, dan ibadah lainnya. Padahal kebaikan nan dia kerjakan hakikatnya siapakah nan butuh? Dia sendiri.

Satu prinsip nan perlu kita sadari. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak butuh kebaikan kita. dan Allah menjanjikan siapa nan melakukan baik, manfaatnya bakal kembali kepada dirinya sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak punya kepentingan di sana. Karena itulah, satu niat nan baik nan perlu kita pasang setiap kita melakukan kebaikan sosial; baik menyumbang masjid, membantu orang nan membutuhkan, nan perlu kita pahami adalah kita nan butuh bukan orang nan menerimanya itu nan butuh. Sehingga tatkala orang bayar zakat, duit tersebut diterima oleh fakir miskin, maka sebenarnya siapakah nan mendapatkan faedah nan lebih besar? Jawabnya adalah orang nan bayar amal itu sendiri.

Mengapa? Andaikan di bumi ini tidak ada satu pun orang nan mau menerima zakatnya, berfaedah dia tidak bisa menunaikan tanggungjawab zakatnya. Andaikan tidak ada satu pun masjid nan mau menerima wakafnya, dia tidak bakal berkesempatan menerima pahala wakaf. Andaikan tidak ada satu pun makhluk nan mau menerima sedekahnya? Dia tidak bakal mendapatkan kesempatan pahala sedekah. Demikian seterusnya.

Karena itu, tatkala kita beramal sosial yakinkanlah diri kita bahwa kitalah nan lebih memerlukan daripada nan menerima. Bukan lantaran kita merasa punya jasa besar kepadanya.

Sehingga tatkala seseorang menyumbang sejumlah kekayaan untuk dakwah alias untuk kepentingan masjid, nan perlu Anda sadari adalah dakwah tidak butuh Anda. Allah tidak butuh kita. Kegiatan kepercayaan tidak butuh kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap bakal mengangkat kepercayaan ini meskipun manusia tidak mau mendukungnya. Sebagaimana nan Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan dalam Alquran,

هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْمُشْرِكُونَ

“Dialah nan mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan kepercayaan nan betul agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.” [Quran Ash-Shaf: 9]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut dalam hadits nan diriwayatkan oleh Tamim ad-Dari radhiallahu ‘anhu bahwa kepercayaan Islam ini bakal didengar oleh seluruh makhluk nan ada di permukaan bumi, dimanapun dia berada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«لَيَبْلُغَنَّ هَذَا الْأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، وَلَا يَتْرُكُ اللَّهُ بَيْتَ مدر ولَا وَبَرٍ إِلَّا أَدْخَلَهُ اللَّهُ هَذَا الدِّينَ بِعِزِّ عَزِيزٍ، أَوْ بِذُلِّ ذَلِيلٍ، عِزًّا يُعِزُّ اللَّهُ بِهِ الْإِسْلَامَ، وَذُلًّا يُذِلُّ اللَّهُ بِهِ الْكُفْرَ»

“Perkara (Islam) ini bakal merebak ke segenap penjuru nan ditembus oleh siang dan malam. Allah tidak bakal membiarkan ada satu rumah pun, baik di kota maupun di pelosok desa, melainkan bakal dimasuki oleh Islam, sehingga nan mulia jadi mulia dan nan buruk jadi terhina, di mana Allah bakal memuliakannya dengan Islam dan menghinakannya dengan kekufuran.” [HR. Ahmad].

Tidak ada satupun manusia selain mereka telah mendengar keberadaan kepercayaan Islam. hanya saja ada nan mau menerima, ada nan menolak, masing-masing bakal mempertanggung-jawabkan amal-amal nan mereka lakukan.

Kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita hamba-Nya nan tulus dalam beramal. Dan pada saat kita beramal emosi nan kita hadirkan, semangat nan kita hadirkan adalah merasa butuh kepada Allah bukan lantaran kita merasa lebih berjasa. Semoga setiap kebaikan nan kita kerjakan diterima oleh Allah dan mendapatkan pahala nan berlipat.

﴿إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56]، وَقَالَ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا» [رَوَاهُ مُسْلِم].

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ صلى الله عليه وسلم ، وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ

عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ،  وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ  .

Ditranskrip dari khotbah Jumat Ustadz Ammi Nur Baits
Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Source khotbahjumat.com
khotbahjumat.com