9 Penyebab Keguguran yang Paling Sering Terjadi, Termasuk Kafein Berlebihan

Trending 4 months ago

Jakarta -

Keguguran biasanya terjadi di awal kehamilan namun bisa juga terjadi di sepanjang usia kehamilan. Penyebab keguguran nan paling sering terjadi di awal kehamilan biasanya lantaran kelainan kromosom. Namun, ada beberapa penyebab lainnya nan Bunda perlu ketahui.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), sekitar 15 hingga 20 persen kehamilan berhujung dengan keguguran. Untuk itu, Michael Lu, M.D., guru besar kebidanan dan ginekologi di University of California, Los Angeles, menyarankan ibu mengandung untuk mengecek debar jantung pada pemeriksaan USG.

Pada usia kehamilan minggu keenam alias ketujuh, kesempatan mengalami keguguran turun hingga kurang dari 5 persen, berapa pun usia bumil dilansir Parents.


Penyebab keguguran nan paling sering terjadi 

Melansir laman Tommys, andaikan keguguran terjadi pada 3 bulan pertama kehamilan, nan dikenal dengan kehamilan awal biasanya disebabkan kelainan kromosom pada bayi. Kromosom ini merupakan blok DNA, nan berisi petunjuk untuk perkembangan bayi. Namun, saat kehamilan kromosom ini dapat terlalu banyak alias tidak cukup. Inilah nan membikin janin tidak dapat berkembang dengan baik.

Masalah plasenta juga dapat menyebabkan keguguran. Plasenta ini nan membantu bayi tumbuh dan berkembang. Plasenta melekat pada lapisan rahim dan terhubung ke janin melalui tali pusat.

Bagaimana dengan keguguran berulang? Ada beberapa aspek nan dapat menyebabkan keguguran berulang. Keguguran berulang didefinisikan kehilangan kehamilan 3 kali alias lebih secara berturut-turut. Namun keguguran juga dapat terjadi antara 14 dan 24 minggu kehamilan.

Berikut beberapa penyebab keguguran nan paling sering terjadi alias meningkatkan akibat keguguran:

1. Faktor genetik

Penyebab keguguran berulang umumnya aspek genetik. Jika salah satu pasangan mempunyai kelainan pada salah satu kromosomnya dapat menyebabkan keguguran berulang. Pasangannya mungkin tidak menyadari kelainan ini. Ini terjadi pada sekitar 2–5 persen kasus.

2. Usia

Risiko keguguran memang meningkat seiring bertambahnya usia. Sebuah studi medis menunjukkan bahwa akibat keguguran adalah 8,9 persen untuk wanita berumur 20-24 tahun dan meningkat menjadi 74,7 persen pada wanita berumur 45 tahun.

Penyebabnya, jumlah dan kualitas telur nan semakin menurun seiring bertambahnya usia sehingga Bunda juga butuh waktu lebih lama untuk hamil.

Usia Ayah pun meningkatkan akibat keguguran lantaran kelainan kromosom pada sperma lebih sering ditemukan seiring bertambahnya usia pria.

Risiko keguguran paling tinggi di antara pasangan di mana wanita berumur 35 tahun alias lebih dan laki-laki berumur 40 tahun alias lebih.

3. Serviks lemah

Keguguran nan terjadi antara usia kehamilan 14 hingga 23 minggu bisa disebabkan serviks nan lemah. Sayangnya, penyebab ini susah didiagnosis saat wanita sedang tidak hamil. Bunda bisa dicurigai mengalami serviks lemak jika air ketuban pecah di awal kehamilan alias jika leher rahim terbuka tanpa ada rasa sakit pada keguguran sebelumnya.

4. Bentuk rahim

Belum diketahui seberapa besar rahim nan berbentuk tidak normal berkontribusi pada keguguran berulang alias keguguran nan terlambat. Tetapi fibroid dan polip nan signifikan berasosiasi dengan keguguran berulang.

ilustrasi keguguranilustrasi keguguran/ Foto: iStock

5. Kondisi kesehatan

Beberapa kondisi kesehatan jangka panjang dapat meningkatkan akibat keguguran pada trimester kedua. Terutama jika kondisi tersebut tidak terkontrol dengan baik. Kondisi kesehatan nan dimaksud antara lain:

  • Diabetes
  • Tekanan darah tinggi
  • Lupus
  • Penyakit ginjal
  • Kelenjar tiroid nan terlalu aktif
  • Kelenjar tiroid nan kurang aktif.

6. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)

Sindrom ovarium polikistik adalah saat ovarium tidak selalu melepaskan sel telur saat siklus menstruasi (awal periode ke awal berikutnya). Ovarium bisa menjadi lebih besar dari biasanya.

Sindrom ovarium polikistik mengenai dengan perubahan hormonal pada ovarium dan dapat menyebabkan masalah kehamilan.

7. Obat-obatan

Obat-obatan ada nan dianggap tidak kondusif selama kehamilan. Sebaiknya tanyakan kepada dokter, bidan, apoteker, alias master gigi tentang obat apa pun nan diminum.

  • Obat-obatan nan meningkatkan akibat keguguran antara lain:
  • Misoprostol – digunakan untuk kondisi seperti rheumatoid arthritis
  • Retinoid – digunakan untuk eksim dan jerawat
  • Methotrexate – digunakan untuk kondisi seperti rheumatoid arthritis
  • Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) – seperti ibuprofen, nan digunakan untuk nyeri dan pembengkakan.

8. Keracunan makanan

Keracunan makanan nan disebabkan makanan nan mengandung bakteri, virus alias parasit dapat menyebabkan keguguran. Misalnya makanan nan mengandung listeria. Ini adalah kuman nan dapat menyebabkan jangkitan nan disebut listeriosis.

Listeriosis jarang terjadi, tetapi dapat menyebabkan keguguran, membahayakan bayi selama kehamilan alias menyebabkan penyakit parah pada bayi baru lahir.

9. Kafein nan berlebihan

Pada studi tahun 2008, ditemukan bahwa orang nan mengonsumsi 200 miligram alias lebih kafein setiap hari (sekitar dua cangkir kopi biasa alias lima kaleng soda berkafein 12 ons) berisiko keguguran dua kali lipat.

Dan studi tahun 2020 nan lebih baru di BMC Kehamilan dan Persalinan memang menemukan hubungan antara peningkatan perdarahan pada awal kehamilan dan konsumsi kafein.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan potongan nilai 10 persen dan cashback 5 persen.

Saksikan juga yuk video tentang 3 buah nan bisa membahayakan janin:

[Gambas:Video Haibunda]

(pri/pri)

Source haibunda.com
haibunda.com